Kami membuka Pendaftaran Peserta Didik Baru SMK Negeri 1 Bunyu Tahun Pelajaran 2020/2021, dengan rincian sebagai berikut:
1. Teknik Alat Berat
2. Geologi Pertambangan
3. Teknik Pemboran Minyak dan Gas



IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN
PENERAPAN METODE PROJECT BASED LEARNING
DI KELAS XII GEOLOGI PERTAMBANGAN
SMK NEGERI 1 BUNYU


Oleh:
Handriyas Abu Choir, ST


SMK NEGERI 1 BUNYU
DUTA RUMAH BELAJAR PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2019






1.    LATAR BELAKANG

Upaya menghasilkan tenaga kerja kompeten dan berkualitas tinggi baik pada tingkat universitas, seperti program Diploma dan Politeknik, maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebenarnya sudah lama dilakukan. Banyak sekali pekerjaan yang dilakukan para tamatan pendidikan teknologi dan kejuruan dengan kreativitas dan mutu yang rendah, dan tidak efisien. Hasil penelitian McMahon, Bishry, dan Moegiadi (1993) dalam Kamdi (2010) menunjukkan hal itu, bahwa “real rate of return” SMK lebih rendah daripada SMA, yakni 6% berbanding 11%. Lulusan SMA lebih banyak terserap lapangan kerja daripada lulusan SMK, karena diyakini lulusan SMA lebih terampil berpikir tingkat tinggi daripada lulusan SMK. Meskipun data ini diperoleh 10 tahun lalu, keadaan sekarang belum tampak banyak berubah. Fakta ini juga menunjukkan bahwa produktivitas kerja tamatan pendidikan teknologi dan kejuruan masih sangat rendah. Harapan terhadap tamatan sebagai kader-kader wirausaha baru yang mampu membuka lapangan kerja baru, yang juga menjadi tujuan pendidikan teknologi dan kejuruan, juga masih jauh panggang dari api. Hal ini menunjukkan betapa mendesaknya keperluan mencari jalan keluar untuk peningkatan mutu tamatan melalui peningkatan mutu pembelajaran. Menghadapi fragmentasi lapangan kerja yang makin kompleks seperti sekarang, yang diperlukan dalam pengembangan tenaga kerja bukan lagi sekedar kemahiran atau otomatisasi keterampilan unitunit khusus, melainkan yang lebih penting adalah daya adaptasi terhadap perubahan masa kini dan perubahan masa depan, suatu kemampuan untuk mengakomodasi perubahan-perubahan kontekstual (contextual changes). Agar daya adaptasi ini terbentuk pada diri anak didik, tak cukup dengan mengajarkan komponen keahlian profesi secara terpisah dengan komponen yang lain, akan tetapi memerlukan pembelajaran kecakapan kerja yang berperspektif holistik dan kontekstual. Koordinasi dan keefektifan dari hubungan ketiga komponen kecakapan yakni kecakapan akademik, kecakapan teknis (okupasional), dan employability skill (kecakapan bekerja) menjadi subjek yang amat penting dalam praktik pembelajaran. Sebagai modal dasar para tamatan memasuki dunia kerja, pendidikan teknologi dan kejuruan harus dapat memberikan kompetensi dasar itu secara utuh sebagai tolak ukur keberhasilan praktik pembelajarannya.

Dari sisi subject matter, dapat diajukan proposisi bahwa peserta didik akan belajar paling baik ketika mereka merasa berkepentingan di dalam subject-matter, dan ketika konsep-konsep diaplikasikan dalam konteks kehidupan sehari-hari (ATEEC Fellows, 2000 dalam Kamdi 2010), karena peserta didik belajar dalam keadaan fun dan lebih menantang daripada belajar dalam bentuk komponen-komponen kurikulum yang lepas konteks. Oleh karena itu, tantangannya ialah bagaimana pembelajaran yang kontekstual memberikan jalan alternatif untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Dalam banyak literatur, pembelajaran kontekstual didefinisikan sebagai pembelajaran yang memungkinkan mahapeserta didik belajar menggunakan pemahaman akademik dan kemampuan mereka dalam berbagai konteks di dalam atau di luar sekolah untuk memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau simulatif, baik sendiri maupun kelompok (Sears & Hersh, 1998; ATEEC Fellows 2000, dalam Kamdi 2010). Salah satu model pembelajaran alternatif yang dapat memberi konteks kehidupan sehari-hari peserta didik/ mahapeserta didik adalah model Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning/PjBL) (Thomas, 2000; Buck Institute for Education, 1999, dalam Kamdi 2010). Tugas proyek dibangun oleh peserta didik berdasarkan pengamatan terhadap permasalahan dunia nyata di sekitar mereka, sehingga memberikan kebermaknaan bagi diri mereka. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai salah satu model pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik yang meliputi belajar-mengajar yang: berbasis masalah, kerja proyek, mengembangkan self-regulation, terjadi di dalam multi setting dan multikonteks, menjangkau pembelajaran dalam konteks kehidupan berbeda-beda peserta didik, menggunakan tim atau struktur kelompok belajar kolaboratif yang saling tergantung sehingga peserta didik dapat belajar dari peserta didik yang lain, dan menggunakan pengukuran otentik dan multi-metode untuk pengukuran pencapaian belajar peserta didik (Sears & Hersh, 1998) dalam Kamdi (2010). Meskipun berpotensi memecahkan masalah pembelajaran teknik dan kejuruan, model pembelajaran seperti itu juga belum ada kajian mendalam dan terlihat secara nyata terapannya di beberapa fakultas teknik di perguruan tinggi maupun di sekolah-sekolah kejuruan di Indonesia.

Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teori belajar konstruktivistik. Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa peserta didik membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri (Murphy, 1997) dalam Kamdi (2010). Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong peserta didik membangun pengetahuan dan kecakapan secara personal. Tatkala pendekatan proyek ini dilakukan dalam modus belajar kolaboratif dalam kelompok kecil peserta didik, pendekatan ini juga mendapat dukungan teoretik yang bersumber dari konstruktivisme sosial Vygotsky yang memberikan landasan pengembangan kognitif melalui peningkatan intensitas interaksi antarpersonal (Vygotsky, 1978; Davydov, 1995) dalam Kamdi (2010). Adanya peluang untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide-ide orang lain, dan merefleksikan ide sendiri pada ide-ide orang lain, adalah suatu bentuk pengalaman pemberdayaan individu. Proses interaktif dengan kawan sejawat itu membantu proses konstruksi pengetahuan (meaningmaking process). Dalam pandangan ini transaksi sosial memainkan peranan sangat penting dalam pembentukan kognisi (Richmond & Striley, 1996) dalam Kamdi (2010). Proses negosiasi kognitif interpersonal sebagai bentuk dari pengajuan gagasan, debat, dan menerima atau menolak selama proses interaksi dengan kawan sejawat memungkinkan perluasan dan penghalusan pengetahuan dan keterampilan. Dimensi-dimensi keterampilan/kecakapan kerja terdiri atas tiga dimensi utama, yaitu (1) kecakapan akademik, (2) kecakapan teknikal, dan (3) kecakapan employabiliti. Ketiga dimensi ini membentuk kecakapan yang utuh seorang profesional. Keterampilan/kecakapan menggunakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam mendesain sebuah produk merupakan kecakapan akademik yang utama dimiliki oleh seorang profesional di bidang permesinan. Sebagai dimensi yang lain dari kecakapan utuh seorang profesional, keterampilan/kecakapan teknikal ditunjukkan oleh, salah satunya, keterampilan/kecakapan membuat suatu produk yang telah direncanakan sebelumnya.

Di Indonesia, PjBL dikenal di SMK sejak tahun 1976 dengan istilah Project Work. Pendekatan ini diterapkan pertama kali di STM Pembangunan, dan kemudian berkembang ke sekolah-sekolah kejuruan lainnya. Project work kemudian berkembang dengan segala variasi modelnya sesuai dengan konteks lingkungan sekolah masing-masing. Dalam literatur, sejalan dengan perkembangannya, project work ini kemudian dikenal luas dengan istilah Project-Based Learning. Sehingga pada kesempatan ini, kami mencoba untuk menggali karakteristik peserta didik dengan penerapan model-model PjBL yang diintegrasikan dengan kemajuan sistem IPTEK abad 21 yang memanfaatkan teknologi serta portal media belajar berbasis online yang disediakan gratis untuk guru dan ketenaga Pendidikan serta seluruh pelajar/peserta didik di Indonesia, yaitu Rumah Belajar dengan situs : www.belajar.kemdikbud.go.id.

SMK Negeri 1 sebagai satuan Pendidikan menengah kejuruan dengan salah satu bidang studi Energi dan Pertambangan, Program keahlian Geologi Pertambangan, tidak luput dari penerapan model pembelajaran PjBL ini, dimana konfigurasi yang digunakan adalah  konfigurasi dengan karakteristik-karakteristik, antara lain: (1) Topik dan permasalahan tugas proyek ditentukan oleh guru, dan kemudian peserta didik dibimbing untuk melakukan observasi permasalahan; tugas proyek disertai deskripsi yang menjelaskan kaitan tugas proyek dengan tujuan kompetensi yang ingin dicapai; (2) Tugas proyek relatif kompleks, dengan tema yang kontekstual di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, kompetensi yang ingin dicapai dalam kerja proyek ditentukan oleh guru, dan tugas proyek diselesaikan secara berkelompok 2-3 orang; (3) Dilakukan di tingkat mata pelajaran, dan dimulai pada kelas dua; (4) Rata-rata waktu yang diperlukan untuk kerja proyek 1 bulan; (5) Peserta didik tidak selalau menyusun proposal, akan tetapi pada akhir proyek membuat laporan tertulis; (6) Evaluasi pembelajaran dilakukan oleh guru; dan umpan balik diberikan berdasarkan penilaian hasil kerja, baik dari penilaian proses maupun produk; (7) Penyelesaian tugas proyek dilakukan dengan mengikuti jadwal reguler, tetapi dapat diatur secara fleksibel bagi tugas-tugas proyek yang menggunakan konteks pembelajaran di luar sekolah; (8) Karena tugas proyek yang relatif kompleks, maka memberi peluang terjadinya proses integrasi bidang studi serumpun.

2.    PERMASALAHAN
Pada Program Keahlian Geologi Pertambangan SMK Negeri 1 Bunyu, masalah yang dihadapi ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana melakukan praktik pengukuran strike and dip menggunakan alat Pemetaan Geologi sederhana dan hasilnya dapat dituangkan kedalam bentuk video tutorial?
2. Bagaimana membuat konten video yang dapat menarik minat viewers dan kemudian di apply ke dalam Rumah Belajar?

3.    METODE PEMECAHAN MASALAH
Menurut Educational Technology Division-Ministry of Education Malaysia (2006) terdapat 6 langkah agar pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek ini berhasil yaitu dengan mempersiapkan pertanyaan penting terkait suatu topik maeri yang akan dipelajari, membuat rencana proyek, membuat jadwal, memonitor pelaksaan pembelajaran berbasis proyek (PjBL), melakukan penilaian, dan valuasi pembelajaran berbasis proyek (PjBL). Menurut Rais dalam Lestari, 2015, PjBL secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
a.  Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question)
Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving question yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
b. Merencanakan proyek (design a plan for the project). Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dengan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapakan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek. 
c. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule). Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi pendidik juga harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, sehingga pendidik meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas. 
d. Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project). Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pendidik berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Pendidik mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok termasuk dalam hal memilih sumber/media belajar (TIK) seperti Rumah Belajar.
e. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome). Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian dengan presentasi menggunakan media TIK. 
f. Evaluasi (evaluate the experience). Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

4.    PEMBAHASAN DAN SOLUSI


1. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question)
Dalam Kd. 3.9 dan 4.9 ini, peserta didik di kelas XII Geologi Pertambangan harus mampu mengukur jurus dan kemiringan bidang suatu penampang atau lapisan bumi. Sehingga, Guru memberikan pertanyaan terkait pengukuran strike and dip dengan menanyakan ke masing-masing peserta didik, sehingga akhir dari tahap pertama adalah mendapakan kesimpulan pemahaman/persamaan presepsi mengenai metode pengukuran jurus dan kemiringan bidang (strike and dip).


Gambar 1.1 driving question

2. Merencanakan proyek (design a plan for the project).
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta didik. Dalam hal ini, guru telah menentukan tema yang akan dijadikan proyek, sehingga peserta didik akan meneruskan untuk merangkai tema tersebut menjadi sebuah hasil yang informatif melalui perencanaan yang efektif dan efisien dengan bimbingan guru.



Gambar 1.2 Pembagian kelompok, tema dan Perencanaan proyek


3. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule).
Guru menuntun pembuatan matrik rencana kegiatan penyelesaian pekerjaan dengan time schedule yang tepat dan efisien. Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar mengajar 3.9 ini ialah bahwa, peserta diminta untuk mampu melakukan pengukuran jurus dan arah kemiringan bidang lapisan, kemudian pelaksanaan orientasi lapangan untuk memverifikasi lokasi yang mudah dijangkau dan memiliki perlapisan (daerah singkapan), sehingga maksud dari kegiatan perhitungan dapat dilaksanakan dengan baik.



Gambar 1.3 penyusunan jadwal aktivias perkelompok



Gambar 1.4 Orientasi lapangan

     4. Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project)
Selama kegiatan realisasi proyek berlangsung, guru diharapkan melaksanakan monitoring dan evaluasi berkala sehingga proses yang dilalui sesuai dengan maksud dan tujuan. Selain itu, agar guru dapat mengetahui secara pasti perkembangan kemampuan interpretasi proyek dari tiap-tiap peserta didik.



Gambar 1.5 Monev kegiatan pekerjaan proyek lapangan

5. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)
Peserta didik diharapkan dapat menyusun hasil pembelajaran komunikatif yangmana hasil yang disampaikan merupakan hasil pengukuran strike and dip, membuat video tutorial pengukuran strike and dip dengan kreatif, menjawab pertanyaan saat diskusi dengan hasil pemikiran yang matang dengan berkolaborasi bersama tim, mengembangkan kemampuan menampilkan hasil karya (menggunakan media/TIK, PC, atau Handphone), mendokumentasikan tahapan proyek (memanfaatkan TIK) dan menampilkan hasil proyek (berbasis video) sesuai dengan judul kegiatan yang diberikan oleh guru dan sesuai dengan proses yang telah dilalui.



Gambar 1.6 Kegiatan pengerjaan hasil

     6. Evaluasi (evaluate the experience)
Peserta didik kembali disegarkan dengan kd 3.9 dan 4.9 melalui hasil proyek dan menghitung kembali hasil ukuran strike and dip kedalam sebuah lembar kerja (formulir).


Gambar 1.7 Evaluasi Realisasi PjBL

5.    KESIMPULAN

Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) ini sangat tepat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar di SMK khususnya pada program keahlian Geologi Pertambangan, dengan konfigurasi yang telah disebutkan pada subabab latar belakang, dimana kontrol belajar pada konfigurasi model Pembelajaran Berbasis Proyek ini masih ada pada guru, akan tetapi keterlibatan siswa dalam mengambil keputusan langkah-langkah dalam proses penyelesaian tugas proyek cukup tinggi. Di Sekolah, karakteristik konfigurasi model yang kedua ini lebih menonjol untuk program keahlian Geologi Pertambangan kelas XI dan XII. Dalam konfigurasi model yang kedua ini, peluang tumbuhnya kreativitas siswa lebih tinggi. Pembelajaran Berbasis Proyek diterapkan untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan bertindak. Guru yang menerapkan Pembelajaran Berbasis Proyek secara sadar menetapkan tujuan pembelajaran tidak hanya berorientasi pada hard skills dalam arti keterampilan kognitif dan teknikal, akan tetapi juga soft skills yang mencakup dimensi-dimensi sikap sebagai pekerja yang baik. Dengan kata lain bahwa PjBL ini membuat peserta didik belajar dalam keadaan fun dan lebih menantang daripada belajar dalam bentuk komponen-komponen kurikulum yang lepas konteks.

6.    DAFTAR PUSTAKA

Kamdi Waras. 2010. Implementasi Project-Based Learning di Sekolah Menengah Kejuruan pada 7 SMK Negeri dan 1 SMK Swasta di Kota Malang. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran.

Lestari, Tutik. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Dasar menyajikan Contoh Contoh Ilustrasi Dengan Model Pembelajaran Project Based Learning dan Metod e Pembelajaran Demonstrasi Bagi Siswa Kelas XI Multimedia SMK Muhammadiyah Wonosari. Skripsi. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta . Yogyakarta.





that is one of my facebook timelines

I just try a quiz, just klik and klik the image buttons as I please. finally got the result. it's like my personality test before, and I guess that I got some result, exactly. hehe :P

but it's just about try a game... hohoh

so I got WHITE aura,

Your aura is white, which is a sign of purity and intelligence. You are open to new ideas, experiences, and people. You’re also likely very spiritual and may often be called “an angel” by your friends. A white aura can be a sign that you are about to embark on a new experience.

 

In Indonesian Language, 

 

Aura Anda putih, yang merupakan tanda kemurnian dan kecerdasan. Anda terbuka untuk ide-ide baru, pengalaman, dan orang-orang. Anda juga cenderung sangat spiritual dan mungkin sering disebut "malaikat" oleh teman-teman Anda. Sebuah aura putih bisa menjadi tanda bahwa Anda akan memulai pengalaman baru.

 

ok ok, last, it's just about game, believe or not ????? the answer is in yourself.  

so, keep on try, just make better suggestion in yourself. :)

 

 

have a nice day,

Handriyas Abu Choir