BAB II
DASAR
TEORI
2.1. Konsep
Dasar Pengindraan Jauh
2.1.1
Definisi Pengindraan Jauh
Pengindraan jauh merupakan
teknik yang berkembang menjadi ilmu karena ruang lingkup studinya berkembang
menjadi luas, meliputi : bagian angkas yaitu sistem sensor, sistem wahana dan
sistem telemetri. Sedangkan bagian darat yaitu sistem penerima data bumi,
sistem pemrosesan data, sistem distribusi data dan sistem penafsiran serta
pemakaian data (Kardono Darmojuwono).
Pengindraan jauh yaitu suatu ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi dari objek, daerah dan gejala dengan jalan menganalisa data yang
diperoleh dengan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah dan gejala
yang dikaji (Lillesand dan Kiefer).
Peranan pengindraan jauh di dalam sistem informasi data dan
pengelolaannya meliputi mendeteksi perubahan, kalibrasi bagian lain pada sistem
yang sama, subtitusi data setelah dikalibrasi dan pengembangan model.
Beberapa kelebihan dari pengindraan jauh :
1.
Dari
jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensi apabila
pengamatannya dilakukan dengan alat streoskop.
2.
Citra
menggambarkan suatu objek, daerah dan gejala di permukaan bumi dengan wujud dan
letak objek yang mirip, relatif lengkap meliputi daerah yang luas dan permanen.
3.
Karakteristik
objek yang tak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra sehingga dimungkinkan
pengenalan objeknya.
4.
Citra
merupakan alat yang sangat baik untuk memantau suatu daerah yang mengalami
perubahan secara cepat misalnya pada daerah pembukaan hutan yang sering dibuat
dengan periode ulang yang pendek.
5.
Citra
dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara
terrestrial.
Perkembangan pengindraan jauh
semakin banyak digunakan karena adanya peningkatan kualitas produk di berbagai
resolusi dimana tingkat kepraktisannya dapat digunakan dangan cepat, misalnya
untuk pekerjaan skala besar sehingga mempermudah pekerjaan dan tidak membuang
banyak waktu. Oleh karena itu perkembangan kebutuhan aplikasi ini sangat tepat
untuk menjawab berbagai pertanyaan pembangunan serta pengetahuan pemahaman
seseorang tentang analisis citra yang identik dengan pengindraan jauh yang
ideal.
2.1.2
Komponen dalam Pengindraan Jauh
Komponen-komponen
pengindraan jauh antara lain :
1.
Suatu
sumber tenaga yang seragam
Sumber tenaga ini akan menyajikan tenaga pada seluruh panjang
gelombang dengan suatu keluaran yang tetap, diketahui, kualitas tinggi, tidak
tergantung pada waktu dan tempat, dimana distribusi spectral tenaga pantulan sinar matahari dan tenaga pancaran dari
benda sifatnya jauh dari seragam.
2.
Rangkaian
interaksi yang unik antara sumber tenaga dengan objek di bumi
Pantulan
atau pancaran sinyal tidak hanya selektif terhadap panjang gelombang, tetapi
juga diketahui tidak berubah-ubah dengan unik terhadap setiap jenis dan macam
objek di muka bumi. Pengenalan objek pada dasarnya dilakukan dengan menyidik (tracing) karakteristik spectral objek yang tergambar pada
citra. Objek yang banyak memantulkan/memancarkan tenaga akan tampak cerah pada
citra. Sedangkan objek yang pantulannya atau pancarannya sedikit tampak gelap.
3.
Atmosfir
yang tidak terganggu
Atmosfir
tidak akan mengubah tenaga dengan cara apapun baik tenaga dari sumbernya ke
bumi maupun dari permukaan bumi. Idealnya tidak tergantung pada panjang
gelombang, waktu dan tinggi sehingga pada panjang gelombang bersifat selektif.
4.
Sensor
yang sempurna
Sensor dapat menghasilkan data spasial yang rinci dengan nilai
kecerahan absolute karena sensor
mempunyai kepekaan yang sangat tinggi terhadap seluruh panjang gelombang.
Tenaga yang datang dari objek di permukaan bumi diterima dan direkam oleh
sensor, selain itu sensor tidak memerlukan ruang yang besar, sangat teliti,
dapat dipercaya, sederhana dan ekonomis pengoperasiannya sehingga banyak
digunakan.
5.
Sistem
pengolaan data yang tepat waktu
Saat terjadi radiasi panjang gelombang pada objek langsung diproses
ke dalam format yang diinterpretasikan dan dikenal secara unik oleh objek yang
lain jika dilakukan saat perekaman.
6.
Berbagai
penggunaan data
Pada pemakaian data yang sama akan memberikan informasi yang lain
jika digunakan berbagai pengguna. Pengindraan jauh juga tidak ada satu
kombinasi pengumpulan data dan analisis data pengindraan jauh yang akan dapat
memuaskan kebutuhan pengguna data. Meskipun demikian karena terapan baru
berlanjut untuk dikembangkan dan dimanfaatkan semakin banyak jumlah pengguna
yang menyadari potensinya dan keterbatasan teknik pengindraan jauh. Sebagai
akibatnya pengindraan jauh telah menjadi alat yang sangat penting pada program
operasional yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya, keteknikkan dan
eksplorasi.
Gambar
2.1 Komponen SistemPenginderaan Jauh
2.2. Dasar
Fisika Pengindraan Jauh
Pada pengindraan jauh hanya
dibatasi dengan penggunaan tenaga elektromagnetik saja serta diperlukan tenaga
penghubung yang membawa data tentang objek ke sensor, tenaga tersebut berupa
distribusi daya, gelombang bunyi, serta tenaga elektromagnetik itu sendiri,
dimana tenaga elektromagnetik merupakan paket elektrisitas dan magnetis yang
bergerak dengan kecepatan sinar pada frekuensi dan panjang gelombang tertentu,
dengan jumlah tenaga tertentu pula.
Tenaga elektromagnetik dibagi menjadi dua sistem yaitu :
1.
Tenaga
elektromagnetik pasif yang bersifat alamiah.
2.
Tenaga
elektromagnetik aktif yang bersifat buatan.
Perbedaan yang paling umum
digunakan untuk tenaga elektromagnetik dalam pengindraan jauh adalah panjang
gelombang (Λ), sedangkan radiasi tenaga elektromagnetik
berlangsung dengan kecepatan tetap dan dengan pola gelombang yang harmonik.
Pola gelombang dikatakan harmonik karena komponen gelombangnya teratur secara
sama dan repetitive dalam ruang dan
waktu (Sabin, Jr., 1978).
2.2.1. Tenaga
Elektromagnetik
Tenaga elektromagnetik dapat dibedakan berdasarkan panjang
gelombang maupun berdasarkan frekuensinya. Panjang gelombang ialah jarak dari
puncak gelombang yang satu ke puncak gelombang lain yang terdekat, yakni jarak
AB pada gambar diatas. Frekuensi ialah jumlah siklus gelombang yang melalui
suatu titik dalam satu detik, dinyatakan dalam hertz yang sering disingkatnya
memenuhi satu siklus atau satu putaran, apabila pada titik A pada 1 detik
terjadi gerakan 50 siklus, maka dikatakan bahwa frekuensi yang terjadi di titik
A sebesar 50Hz.
Gambar
2.2 Gelombang Elektromagnetik
2.2.2. Spektrum
Elektromagnetik
Tenaga elektromagnetik
terdiri dari berkas atau spektrum yang sangat luas, yakni meliputi spectra
kosmik, Gamma, X, ultraviolet, tampak, inframerah, gelomabang mikro (microwave), dan radio. Jumlah total
seluruh spektrum ini disebut spektrum elektromagnetik. Untuk selanjutnya maka
istilah spektrum digunakan untuk menunjukkan bagian tertentu spektrum
elektromagnetik seperti spektrum tampak, spektrum inframerah, dan spektrum ultraviolet.
Saluran
atau pita (channel / band) digunakan
untuk bagian yang lebih kecil, misalnya saluran biru, saluran hijau, dan
saluran merah pada spektrum tampak. Meskipun demikian, istilah saluran
kadang-kadang juga digunakan untuk lebih dari satu spektrum guna menunjukkan
karakteristik tertentu dalam sistem
penginderaan jauh.
Spektrum elektromagnetik untuk pengindraan jauh meliputi :
1. Jendela
Atmosfir
Jendela
atmosfir merupakan bagian spektrum elektromagnetik yang dapat melalui atmosfir
dan mencapai permukaan bumi sehingga hanya sebagian kecil dapat digunakan untuk
pengindraan jauh karena disebabkan atmosfir bisa ditembus oleh sebagian
spektrum elektromagnetik tersebut.
Jendela
atmosfir yang paling banyak digunakan dalam pengindraan jauh sampai saat ini ialah
spektrum tampak yang dibatasi oleh gelombang 0,4 μm hingga
0,7 μm.
2. Hambatan
Atmosfir
Hambatan atmosfir terjadi
karena tenaga elektromagnetik pada jendela atmosfir tidak dapat mencapai
permukaan bumi secara utuh yang disebabkan adanya debu, uap air dan gas,
sehingga tenaga elektromagnetik yang mencapai permukaan bumi sebagian diserap
dan dipantulkan mencapai sensor. Proses hambatan atmosfir berupa serapan,
pantulan dan hamburan. Pada setiap objek mempunyai karakteristik tersendiri
dalam menyerap dan memantulkan tenaga yang diterima olehnya. Karakteristik ini
disebut karakteristik spectral (Spectral Signature). Objek yang
memantulkan tenaga akan tampak cerah sedangkan yang menyerap akan tampak hitam.
2.2.3. Sistem
Satelit Pengindraan Jauh (Landsat TM)
Awal tahun ’60-an dibuat wahana penyadap informasi dari permukaan
bumi dimana satelitnya tidak berawak. Aplikasi pada umumnya di bidang
kemiliteran. Baru pada awal ’70-an, diluncurkan satelit tak berawak untuk
pengamatan sumber daya bumi, yaitu ERTS-1. Peluncuran ini diikuti oleh
peluncuran satelit sumber daya lain, dan juga sistem pengolahan datanya. Boleh
dikatakan, mulai saat itulah teknologi di bidang pengolahan citra dikembangkan
secara lebih serius.
Berdasarkan misinya, satelit penginderaan jauh dapat dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu satelit cuaca dan satelit sumber daya. Kelompok pertama
disebut satelit Geostasioner, karena diorbitkan pada ketinggian kurang lebih
36.000 km di atas permukaan bumi pada posisi diam. Pada ketinggian ini pengaruh
gaya grafitasi dan sentrifugal bumi kurang sebanding, sehingga satelit yang
ditempatkan di sana tidak tertarik ke bumi atau terlempar ke luar orbit. Pada
umumnya satelit cuaca merupakan satelit Geostasioner, misalnya GEOS dan GMS.
Pada posisi diam ini, satelit stasioner hanya mampu merekam wilayah yang sama
terus menerus sepanjang hari, tetapi dengan liputan yang sangat luas.
Kelompok kedua adalah satelit sinkron matahari (sun-sybchronous satellite). Satelit
jenis ini sering pula disebut sebagai satelit berorbit polar, karena mengorbit
bumi dengan hampir melewati kutub dan memotong arah rotasi bumi. Hampir semua
satelit sumber daya adalah termasuk satelit sinkron matahari misalnya Landsat,
SPOT, ERS dan JERS. Satelit NOAA (National
Oceanic and Atmospheric Administration) yang sebenarnya merupakan satelit
cuaca juga melakukan orbit sinkron matahari.
Sesuai dengan namanya, satelit sinkron matahari selalu bergerak
memotong arah rotasi bumi dengan melalui atau hamper melalui kutub, sehingga
dapat meliput hampir seluruh bagian permukaan bumi, dengan demikian, satelit
ini akan selalu berada di atas wilayah yang sama di permukaan bumi pada waktu
lokal yang sama pula. Ketinggian orbit satelit jenis ini berkisar dari 600 km
sampai 1000 km, jauh lebih rendah dibandingkan satelit geostasioner.
Berikut ini uraian salah satu satelit sinkron matahari yaitu
Satelit Landsat.
Setelah keberhasilan peluncuran peluncuran satelit sebelumnya, NASA
bekerjasama dengan Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat merencanakan sebuah
satelit untuk penyelidikan sumber daya alam. Maka pada tahun 1967 diluncurkan
satelit Earth Resources Technology
Satellite (ERTS) yang terdiri dari enam seri yaitu A, B, C, D, E dan F yang
memiliki dua jenis sensor yaitu Return
Beam Vidikon (RBV) yang memiliki tiga band dan Multi Spectral Scanner
(MSS) yang memiliki empat band. Kemudian satelit ini berubah nama menjadi Landsat.
Satellite Landsat dapat merekam daerah selebar 185 km2
atau 1 (satu) scene dan dapat merekam
daerah yang sama setiap 18 hari sekali atau resolusi temporalnya 18 hari dengan
resolusi spasialnya 30 m x 30 m dan memiliki 7 (tujuh) kanal serta 120 khusus
untuk kanal 6 (enam). Pada Landsat TM banyak mengalami penyempurnaan
dibandingkan Landsat MSS.
Satelit Landsat, milik Amerika Serikat, pertama kali diluncurkan
pada tahun 1972 dengan nama ERTS-1. Proyek eksperimental ini sukses dan
dilanjutkan dengan peluncuran selanjutnya, seri kedua, tetapi dengan berganti
nama menjadi Landsat-1.
Seri ini hingga 1991 telah sampai pada Landsat-5. Selama kurun
waktu tersebut terjadi dua generasi. Generasi pertama adalah Landsat-1 sampai Landsat-3
dan generasi kedua adalah Landsat-4 dan Landsat-5. Landsat-1 dan Landsat-2
memuat dua macam sensor yaitu RBV (Return
Beam Vidikon) yang terdiri dari tiga saluran yaitu RBV-1, RBV-2 dan RBV-3
dengan resolusi spasial 79 m dan terdiri atas 4 (empat) saluran MSS-4, MSS-5,MSS-6,
MSS-7; dimulai dari nomor urut 4 (empat) mengacu pada 3 (tiga) saluran pertama
pada RBV. Landsat-3 masih memuat kedua macam sensor tersebut, namun dengan
penyusutan jumlah saluran pada RBV menjadi 1 (satu) saluran tunggal dengan
resolusi spasial 40 m.
Satelit LANDSAT-TM adalah satelit hasil modifikasi satelit cuaca
Nimbus, memiliki dua jenis sensor, yaitu sistem penyiam multi spectral dengan
empat saluran dan tiga kamera ‘Return Beam
Vidikon’. Satelit Landsat berukuran 1,5 m x 3 m dengan berat 959 kg.
Komponennya terdiri dari sollar array,
tanki orbit, antena pengumpul data, kamera RBV, antena saluran sempit, penyiam Multis Spectral Scanner (MSS), sensor
pengukur ketinggian, antena saluran lebar, elektronik perekam saluran lebar dan
subsistem pengatur ketegakan. Orbit satelit 917 km (Landsat 1-3) dari permukaan
bumi. Tiap hari mengorbit 14 kali dengan waktu 103 menit tiap kali orbit dengan
arah orbit dari utara ke selatan hamper poler dan sinkron matahari. Hamper
poler karena sumbunya tidak berimpit dengan sumbu bumi melainkan membentuk
sudut 9’ searah jarum jam, jadi tidak pernah berada di atas kutub melainkan
hanya didekatnya yaitu pada 81’ utara dan 81’ selatan. Orbitnya sinkron
matahari karena kedudukan relatifnya terhadap matahari dibuat tetap.
Sistem sensornya ada dua jenis, yaitu RBV dan MSS. Vidikon adalah
suatu sistem kamera dimana pola sinar disimpan pada permukaan foto konduktor,
kemudian digunakan sinar elektron untuk menyiam permukaan foto konduktor ini.
Hasil penyiaman berupa sinyal yang analog sinyal televisi. Sinyal amplifier
untuk pemrosesan selanjutnya. Kamera RBV tidak bekerja secara fotografik tapi
secara elektronik.
Sensor MSS merekam obyek dengan menggunakan empat saluran
elektromagnetik, yaitu:
1.
Saluran
4: 0.5 μm – 0.6 μm
(hijau)
2.
Saluran
5: 0.6 μm – 0.7 μm
(merah)
3.
Saluran
6: 0.7 μm – 0.8 μm
(inframerah)
4.
Saluran
7: 0.8 μm – 1.1 μm
(inframerah)
KANAL
|
BAND
(μm)
|
SPEKTRAL
|
APLIKASI
|
1
|
(0,45 - 0,25)
|
Biru
|
Dirancang untuk
membuahkan peningkatan penetrasi ke dalam tubuh air dan juga untuk mendukung
analisa sifat khas penggunaan lahan, tanah dan vegetasi.
|
2
|
(0,52 - 0,60)
|
Hijau
|
Dirancang untuk
mengindera puncak pantulan vegetasi pada spectrum hijau yang terletak pada
dua saluran spektral serapan klorofil.
|
3
|
(0,63 – 0,69)
|
Merah
|
Saluran terpenting
untuk memisahkan vegetasi. Saluran ini terdapat pada salah satu bagian
serapan klorofil dan memperkuat kontras antara kenampakan vegetasi juga
menajamkan kontras antara kelas vegetasi.
|
4
|
(0,76 – 0,90)
|
Infra Merah Dekat
|
Tanggap terhadap
biomasa vegetasi yang terdapat pada daerah kajian. Hal ini untuk membantu
identifikasi tanaman dan akan memperkuat kontras antara tanaman, tanah, lahan
dan air.
|
5
|
(1,55 – 1,75)
|
Infra Merah Pendek
|
Suatu saluran yang
penting untuk penentuan jenis tanaman, kandungan air pada tanaman dan kondisi
kelembaban tanah.
|
6
|
(2,08 – 2,35)
|
Infra Merah Termal
|
Saluran yang penting
uintuk memisahkan formasi batuan.
|
7
|
(10,40 – 12,50)
|
Infra Merah Menengah
|
Saluran infra merah
termal yang dikenal bermanfaat untuk klasifikasi vegetasi, analisa gangguan
vegetasi, pemisahan kelembaban tanah dan sejumlah gejala lain yang
berhubungan dengan panas.
|
Kode salurannya dimulai dari
4 karena kode angka 1 hingga 3 telah digunakan untuk citra RBV. Berbeda dengan
kamera RBV yang merekam tiap kerangka citra RBV secara serentak. MSS merekam
daerah yang sama dengan liputan citra RBV tetapi perekamannya dilakukan garis
demi garis. Baik MSS maupun RBV merekam tenaga
pantulan yang datang dari obyek di permukaan bumi.
2.2.4. Konsep
Resolusi
Resolusi (disebut juga Resolving Power = daya pisah) adalah
kemampuan suatu sistem optik-elektronik untuk membedakan informasi yang secara
spasial berdekatan atau secara spectral
mempunyai kemiripan (Swain dan Davis, 1978). Pengertian ini akhirnya berkembang
dengan menambahkan aspek waktu (temporal) di dalamnya. Ketelitian informasi
yang diperoleh dari data inderaja sangat bergantung pada resolusi.
Resolusi digunakan untuk
menyajikan:
1.
Jumlah pixel (picture element)
2.
Daerah
di muka bumi yang diwakili oleh pixel
tersebut
Macam – macam resolusi pada
penginderaan jauh antara lain:
1.
Resolusi
Spasial, mencerminkan rincian data tentang obyek yang dapat disadap dari suatu
sistem penginderaan jauh. Resolusi spasial adalah ukuran obyek terkecil yang
dapat disajikan, dibedakan atau dikenali suatu citra.
2.
Resolusi
Spektral, menunjukkan kerincian spektrum elektormagnetik yang digunakan dalam
suatu sistem penginderaan jauh.
3.
Resolusi
Radiometrik, menunjukkan kepekaan sistem sensor terhadap perbedaan terkecil
kekuatan sinyal.
4.
Resolusi
Temporal, merupakan frekuensi perekaman ulang bagi daerah yang sama.
Kualitas informasi yang dapat disajikan oleh
data penginderaan jauh merupakan hasil trade
off antara 4 (empat) resolusi tersebut. Sebagai contoh, bagi satelit Landsat
yang resolusi temporalnya tinggi yaitu merekam daerah yang sama setiap 16 hari,
resolusi spasialnya rendah yaitu 80 m.
Foto udara yang mampu menyajikan gambaran obyek sebesar 2 (dua) m atau lebih
kecil lagi, perekaman ulang atau resolusi temporalnya sering sebesar 3 (tiga)
tahun atau lebih.
2.3. Pengenalan
Perangkat Lunak ER Mapper 7.1
ER Mapper 7.1 adalah salah satu software (perangkat lunak) yang digunakan untuk mengolah data citra
atau satelit penginderaan jauh. Masih banyak perangkat lunak lain yang dapat
digunakan untuk mengolah data citra, diantaranya : Idrisi, ERDAS Imagine, PCI dan
lain-lain. Masing-masing perangkat lunak mempunyai keunggulan dan kelebihan
sendiri. ER Mapper 7.1 dapat
dijalankan pada workstation dengan
sistem UNIX dan komputer PC (personal
computer) dengan sistem operasi Windows
9x dan Windows NT.
Seperti dibahas pada sub bab perangkat lunak pengolah data citra ER Mapper 7.1 termasuk dalam katagori
jenis kedua, yaitu produk dengan semua fasilitas pengolahan citra secara
lengkap dari display, koreksi geometri dan radiometri, klasifikasi, manipulasi
kontras, filter, sampai dengan transformasi khusus. Berbeda dengan kebanyakan
perangkat lunak grafis lain yang ditujukan untuk publishing (misalnya Adobe
Photoshop, CorelDraw dan sebagainya), perangkat lunak pengolahan data citra
penginderaan jauh biasanya memberikan peluang konversi dari suatu atau beberapa
format yang tidak dikenal, sejauh generiknya diketahui (BIL, BSQ, BIP) dan
ukuran baris-kolomnya diketahui.
Pengubahan format citra dari suatu jenis ke jenis lain sangat
sering dilakukan dalam pekerjaan pengolahan citra. Apabila perangkat lunak
pengolah data citra yang digunakan tersebut bekerja dengan format BSQ, maka
konversi data masukan yang tidak dikenal harus memperhatikan hal-hal berikut :
a.
Jumlah
saluran citra pada format data masukan.
b.
Ukuran
baris-kolomnya.
c.
Ukuran header atau file yang berisi informasi awal mengenai data citra masukan
tersebut.
Pada dekade tahun 1960-an
sampai 1980-an pengolahan data citra pengideraan jauh dibuat dalam bentuk disk to disk dimana kita harus
menuliskan spesifikasi file yang akan
diolah, kemudian memilih tipe pemrosesan yang akan digunakan. Selanjutnya
menunggu komputer mengolah data tersebut serta menuliskan hasilnya kedalam file baru. Jadi sampai final file terbentuk baru kita dapat
melihat hasil yang diharapkan, tetapi bila hasilnya jauh dari yang kita
harapkan maka kita harus mengulangnya dari awal kembali. Ekstensi file keluaran dari ER Mapper 7.1 antara lain: *.alg atau file algorithm, *.ers atau file
dataset raster, dan *.erv atau file dataset vektor.
Dengan perangkat lunak ER Mapper 7.1, metode pengolahan diatas
diganti dengan metode pengolahan baru yang mempunyai pendekatan lebih
interaktif, dimana kita dapat langsung melihat hasil dari setiap proses pengolahan
data citra pada monitor sehingga pemakainya dapat dengan mudah mengkombinasikan
berbagai operasi pengolahan citra penginderaan jauh lalu secara terpisah
memerintahkan komputer untuk menuliskan hasilnya menjadi file yang baru (Gambar 2.3). Cara pengolahan seperti ini dalam ER Mapper disebut algorithm atau algoritma.
Gambar 2.3. Pengolahan Citra Menggunakan ER Mapper | |||||||||
Keunggulan ER Mapper 7.1 adalah kemampuannya untuk
menghemat tempat pada harddisk
komputer serta metode pengolahan data yang interaktif dimana setiap hasil
proses dapat langsung dilihat tampilannya dimonitor baru kemudian dilakukan file baru sebagai hasil proses
pengolahan citra. Selain itu dengan metode seperti itu membuat waktu pengolahan
menjadi lebih cepat.
Pengolahan data citra
penginderaan jauh dengan ER Mapper
hampir sebagian besar menggunakan antar muka GUI (Graphical User Interface) dalam pemberian perintahnya. Dengan GUI
komunikasi antara komputer dengan pemakai dilakukan dengan mudah melalui simbol-simbol
piktorial atau gambar yang disebut ikon tanpa menuliskan perintahnya.
Untuk itu dalam bagian ini
akan sedikit dijelaskan mengenai beberapa komponen utama pada interface perangkat lunak pengolah data
citra pengideraan jauh ER Mapper 7.1.
2.3.1. Menu
Utama ER Mapper 7.1.
Menu utama muncul langsung setelah kita menjalankan (membuka) ER Mapper 7.1 yang mempunyai 2 komponen
utama, yaitu menu bar (menu pilihan)
dan toolbar button (tombol toolbar) seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.4 berikut ini:
Gambar
2.4. Menu utama ER Mapper 7.1
Keterangan
:
1.
Menu bar ialah baris yang berisi berbagai menu perintah yang akan digunakan
pada pengolahan citra; untuk mengaktifkan salah satu menu perintah pada menu
bar, klik nama menu perintah pada menu bar kemudian arahkan pointer pada
perintah yang akan dijalankan, atau dengan menekan tombol “Alt” bersamaan
dengan salah satu huruf bergaris bawah
pada menu perintah.
2.
Toolbar merupakan kumpulan perintah-perintah pada satu menu pilihan yang
terdiri dari bermacam-macam fungsi dan perintah.
3.
Tombol Toolbar ialah ikon yang berfungsi
sebagai tombol untuk mengaktifkan suatu perintah tertentu yang dapat diketahui
dengan mengarahkan pointer ke tombol tersebut sehingga timbul Tool Tips, yaitu keterangan tulisan
mengenai perintah.
4.
Title Bar ialah baris judul (title)
window yang sedang aktif serta berisi tombol-tombol yang berfungsi secara
urut dari ujung
kanan, menutup menu utama dan
keluar dari window (close)
memperbesar dan atau menyembunyikan/memperkecil tampilan menu utama namun tidak
keluar dari window.
Dalam perangkat lunak ER Mapper 7.1 terdapat 14 buah toolbar selain toolbar standart dan toolbar
fungsi umum (common function toolbar).
Semuanya dapat diaktifkan atau disembunyikan
dengan meng-klik toolbar pada menu
bar dimana tanda √ menunjukkan toolbar
yang sedang aktif.
2.3.2. Kotak
Dialog ER
Mapper 7.1
Pada saat memilih suatu perintah atau menekan tombol pada toolbar,
sering muncul kotak dialog yang mengharuskan kita untuk mengisi pada kotak
kosong atau memilih file, atau
memilih options yang disediakan ER Mapper
dengan meng-klik scroll bar (panah
geser).
Kotak dialog yang ada dalam ER
Mapper 7.1 sangat banyak, sesuai dengan perintah dan operasi yang akan
dilakukan. Namun secara umum dapat dipresentasikan oleh kotak dialog Open dan Algorithm (Gambar 2.5 dan 2.6) dimana terdiri dari beberapa unsur
yaitu :
Gambar
2.5. Kotak Dialog Open ER Mapper 7.1
Keterangan:
1.
Tombol
pemasukan file yang bisa diisi dengan
menuliskan path dan direktori file
atau bisa langsung memilih file
dengan meng-klik posisi direktorinya.
2.
Tombol
untuk melihat daftar pilihan yang sudah disediakan oleh ER Mapper 7.1.
3.
Tempat
teks yang harus diisikan dengan menempatkan pointer pada baris teks yang akan
diisi.
4.
Menu bar yang disediakan pada kotak dialog Open File berfungsi untuk pengaturan dan penempatan file.
v
History Menu, merubah direktori aktif berisi daftar direktori yang telah dibuka
berurutan dari yang baru dibuka paling atas dan yang lama berada di bawahnya.
v
Special Menu, merubah direktori awal (home
directory) atau untuk menandakan mana sebagai direktori awal serta
mengembalikannya ke normal.
v
View Menu, mengurutkan isi direktori berdasarkan nama, tanggal pengeditan
atau tanggal pembuatan.
v
Volumes Menu, memasuki direktori pada disk-drive tertentu.
v
Directories menu, merubah direktori yang dibuat oleh sistem manajemen (basis data)
komputer.
5.
Memindahkan
direktori yang aktif ke atas (direktori induk) atau ke bawah (sub direktori).
6.
Tombol-tombol
pengesahan proses yang akan dilakukan, yaitu Ok untuk memulai pelaksanaan proses sekaligus menutup kotak dialog,
Apply
untuk memulai pelaksanaan proses tanpa harus menutup kotak dialog, dan Cancel untuk membatalkan proses
sekaligus menutup kotak dialog tersebut.
7.
Tombol
pilihan untuk memilih tipe file yang
akan ditampilkan.
8.
File yang sudah dipilih dan diberi tanda highlight.
9.
Tulisan
yang menunjukkan direktori aktif.
Selain menu utama dan kotak
dialog diatas, perlu juga memahami kotak dialog algorithm, yaitu kotak dialog
yang berfungsi sebagai kotak pengontrol dari semua proses yang akan dilakukan
dalam pengolahan citra penginderaan jauh.
Gambar 2.6. Kotak Dialog
Algorithm
Keterangan :
10. Tombol editing
(perbanyak, penghapusan layer).
11. Layer yang sedang aktif dan keterangan jenis layer yang sedang aktif.
12. Tombol yang berfungsi memindahkan layer ke atas dan ke bawah dalam proses overlay.
13. Tombol-tombol pemrosesan diagram nilai spectral citra penginderaan jauh yang dapat
ditunjukkan pada gambar 2.7, sebagai berikut :
Gambar 2.7. Tombol Pemrosesan
Diagram pada Kotak Dialog Algorithm
0 komentar:
Posting Komentar