BAB II
DASAR TEORI
2.1
Peta Topografi
Peta topografi adalah peta penyajian unsur-unsur alam
asli dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam
tersebut diusahakan diperlihatkan pada posisi yang sebenarnya. Mengenai
pengukuran melalui titik kontrol yang telah menguraikan cara-cara penempatan
titik kontrol yang dibutuhkan untuk pengukuran melalui titkik kontrol yang
dibutuhkan untuk pengukuran pemetaan topografi. Pemetaan topografi yang di buat
berdasarkan koordinat yang telah ditentukan pada pengukuran titik kontrol.
Pemetaan topografi merupakan suatu pekerjaan yang
memperlihatkan posisi keadaan planimetris diatas permukaan bumi dan bentuk
diukur dan hasilnya digambarkan diatas kertas dengan simbol-simbol peta pada
skala tertentu yang hasilnya berupa peta topografi.
Peta topografi mempunyai ciri khas
yang dibuat dengan teliti (secara geometris dan georefrensi) dan penomorannya
berseri, standart. Peta topografi mempunyai peta dasar (base map) yang berarti kerangka
dasar (geometris/georefrensi) bagi pembuatan peta-peta lain.
2.2 Orientasi Lapangan
Sebelum melaksanakan kegiatan pengukuran, berbagai
persiapan diperlukan agar pengukuran dapat berjalan lancar. Beberapa tahapan yang harus disiapkan
tersebut antara lain meliputi :
1.
Reconnaissance,
yaitu penentuan lokasi secara garis besar ditentukan secara hati-hati pada
peta-peta skala kecil dan dari foto udara dan penjelajahan lapangan.
2.
Preliminary,
yaitu survei yang
dilakukan pada lokasi terpilih dan pada survey ini dilakukan penentuan titik
kontrol kerangka peta dan sudah ditentukan metode pengukuran yang paling
efisien. Pada tahapan ini biasanya juga
dihitung kebutuhan logistik, masa kerja dan target yang harus dicapai setiap
hari kerja.
Dengan
adanya persiapan yang matang dan juga kesiapan fisik dan mental dari surveyor,
maka diharapkan agar tugas pengukuran dapat dilaksanakan secara baik, teratur,
berkeseinambungan dan selesai tepat waktu.
2.3 Kerangka Kontrol Peta.
Penentuan
kerangka kontrol peta adalah salah satu tahapan yang harus dilaksanakan dalam
proses pembuatan peta topografi. Adapun kerangka kontrol peta terbagi atas dua
macam yaitu: kerangka kontrol vertikal dan kerangka kontrol horizontal.
2.3.1 Kerangka Kontrol Horizontal
Selain
penentuan kerangka kontrol horizontal (KKH), pembuatan peta topografi, kerangka
kontrol horizontal juga sangat penting. Pengukuran kerangka kontrol horizontal
biasanya dilakukan dengan metode :
a.
Metode Triangulasi (rangkaian
segitiga untuk KKH dengan diketahui sudutnya ),
b.
Metode Trilaterasi (rangkaian
segitiga untuk KKH dengan diketahui jaraknya),
c.
Metode Poligon (rangkaian
titik-titik yang membentuk segi banyak).
Dalam
laporan praktikum ini akan dijelaskan mengenai pengukuran kerangka kontrol
horizontal menggunakan metode poligon. Dalam pengukuran dengan menggunakan
metode poligon terdapat tiga data, yaitu: sudut, jarak, azimuth.
2.3.1.1 Pengukuran Sudut
Sudut
adalah bentuk yang terjadi akibat adanya 2
garis yang membentuk suatu lengkungan dan menghasilkan sebuah nilai.
Metode
pengukuran sudut dapat menjadi 2(dua) yaitu :
-
Sudut tunggal
Pada
pengukuran sudut tunggal hanya didapatkan satu data ukuran sudut horizontal.
Sudut tunggal
-
Sudut ganda
Sudut
ganda disebut juga dengan pernyataan seri.
Sudut suatu seri didapatkan dua data ukuran sudut, yaitu data ukuran sudut
pada kedudukan biasa dan data ukuran sudut pada kedudukan luar biasa.
Adapun cara pengukuran sudutnya :
Pada titik 1 dimana alat didirikan, teropong diarahkan ke titik 4 dengan tidak perlu mengesetkan 0000’00” lalu dibaca bacaan skala piringan horizontalnya. Setelah itu arahkan kembali teropong ke titik 2, baca bacaan piringan horizontalnya. Untuk mendapatkan sudutnya yaitu dengan mengurangkan bacaan piringan horizontal pada titik 2 dan 4. Untuk mengontrol sudut tersebut perlu dilakukan pembacaan skala piringan horizontal luar biasa pada titik-titik tersebut sehingga didapatkan 4 sudut (pengukuran 1 seri rangkap).Cara ini disebut juga cara reitrasi.
2.3.1.2 Pengukuran jarak
Pengukuran jarak untuk kerangka
kontrol peta, dapat dilakukan dengan cara langsung menggunakan alat sederhana
yaitu roll meter atau dengan alat sipat datar yaitu jarak optis, sedangkan
untuk mendapatkan data jarak yang lebih teliti dibandingkan dengan dua cara
yang ada, data jarak didapat juga dengan alat pengukur jarak elektonis EDM ( elektro distance measurement ).
A. Pengukuran jarak langsung
Dalam
pengukuran kerangka kontrol horisontal yang digunakan adalah jarak langsung,
dalam pengukuran jarak langsung perlu dilakukan pelurusan apabila roll meter
yang digunakan tidak menjangkau dua buah titik yang sedang diukur.
|
B. Pengukuran jarak optis
Pengukuran
jarak optis adalah pengukuran jarak secara tidak langsung karena dibantu dengan
alat sipat datar atau theodolite dan rambu ukur. Dimana pada teropong alat
terdapat tiga benang silang, benang atas (ba), benang tengah (bt), benang bawah
(bb) yang merupakan data untuk mendapatkan jarak.
D = (ba - bb) x 100 ;
untuk sipat datar.
D = (ba - bb) x 100 x sin2aZ ; untuk
theodolite
2.3.4 Kerangka
Kontrol vertikal.
Dalam
melakukan pengukuran kerangka kontrol vertikal dapat dilakukan dengan metode
barometris, tachimetri, dan metode water
pass.
Pada
laporan ini akan dijelaskan mengenai penentuan kerangka kontrol vertikal dengan
menggunakan metode waterpass.
2.3.4.1 Pengukuran Waterpass (Levelling)
Waterpass
(level/sipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk
mengukur beda tinggi antara titik-titik yang berdekatan yang ditentukan dengan
garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditujukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal. Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat
ini disebut waterpassing atau levelling. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan
beda tinggi suatu titik yang akan ditentukan ketinggian ketinggiannya
berdasarkan suatu sistem referensi atau bidang acuan. Sistem referensi yang dipergunakan adalah
tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea level) atau sistem referensi lain
yang dipilih.
Macam-macam
pengukuran beda tinggi antara lain adalah sebagai berikut ini:
a. Pengukuran beda tinggi dengan
waterpass/sipat datar
Pada cara
ini didasarkan atas kedudukan garis bidik teropong yang dibuat horizontal
dengan menggunakan gelembung nivo.
Dimana: Ba
= pembacaan skala rambu untuk benang atas
Bt = pembacaan
skala rambu untuk benang tengah
Bb = pembacaan skala rambu untuk benang
bawah
Bt_A = pembacaan skala rambu untuk benang tengah dititik
A
Bt_B =
pembacaan skala rambu untuk benang tengah dititik B
Dh AB = beda tinggi titik A dan B
Persamaan di atas
merupakan persamaan dasar untuk penentuan beda tinggi dengan cara sipat datar. Hasil
pengukuran beda tinggi digunakan untuk menentukan tinggi titik terhadap titik
tetap atau bidang acuan yang telah dipilih. Tinggi titik hasil pengukuran
waterpass terhadap titik acuan dihitung dengan rumus:
Hb = Ha + DhAB
Dimana:
Hb : tinggi titik yang akan ditentukan
Ha : tinggi titik acuan
Dh AB :
beda tinggi antara A dan B
Ada
berbagai macam cara penentuan tinggi titik dengan menggunakan waterpasing atau
sipat datar, salah satunya yaitu:
1. Waterpasing memanjang /
waterpasing berantai.
Waterpasing
memanjang mempunyai tujuan untuk menentukan tinggi titik secara teliti.
Waterpasing memanjang ini diperlukan dalam pengukuran kerangka
kontrol
vertikal, misalnya penentuan tinggi titik poligon.
Pada
pengukuran waterpasing memanjang, pengukuran dibagi menjadi beberapa slag. Beda
tinggi antara A dan B merupakan jumlah beda tinggi dari semua slag. Beda tinggi
A dan B dapat dihitung sebagai berikut :
DhA1 = BtbA – Btm1
Dh12 = Btb1 – Btm2
Dh23 = Btb2 – Btm3
Dhnn = Btbn - Btmn
DhAB = SDhnn = SBtbn - SBtmn
Keterangan
rumus diatas :
Dh : beda tinggi
Btb : pembacaam
skala rambu ukur untuk benang tengah belakang
Btm : pembacaam skala
rambu ukur untuk benang tengah muka
S
: jumlah
D : jumlah jarak
pengukuran dalam kilo meter
Syarat-Syarat
Waterpass adalah:
1. Garis bidik
sejajar dengan garis arah nivo.
2. Garis arah
nivo tegak lurus pada sumbu satu.
3. Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu satu
2.4 Azimuth Matahari
Azimuth
adalah suatu sudut yang dibentuk meridian yang melalui pengamat dan garis
hubung pengamat sasaran, diukur searah jarum jam positif dari arah utara meridian.
Macam-macam azimuth:
v
Azimuth magnetis adalah azimuth
yang diperoleh dengan bantuan kompas atau bosulle.
v
Azimuth astronomis adalah azimuth
yang diperoleh dengan melakukan pengamatan benda-benda langit.
Ada dua cara yang sering digunakan untuk menentukan azimuth,
yaitu:
a.
Penentuan azimuth magnetis
dilakukan dengan menggunakan kompas
b.
Penentuan azimuth astronomis
dilakukan dengan alat yang dinamakan geotheodolite. Untuk menentukan azimuth astronomis dengan pengamatan
matahari dapat dilakukan dengan metode tinggi matahari dan metode sudut waktu.
Di bawah
ini akan diuraikan penentuan azimuth garis dengan pengamatan matahari metode
tinggi matahari., dengan cara menadah bayangan
matahari menggunakan kuadran sehingga didapatkan bayangan matahari yang
jelas.
Dalam penentuan azimuth astronomis ada 3 metode :
1.
Metode Sudut Waktu
Pada metode ini, bayangan matahari
harus diamati sepasang (pagi dan sore hari) dengan anggapan bahwa deklinasi
matahari pagi dan sore adalah sama. Kesulitan dalam metode ini adalah tingkat
kegagalanya lebih besar.
2.
Metode Tinggi Matahari
Pada metode ini dilakukan
pengukuran tinggi matahari yang biasa dilakukan dengan cara:
a.
Dengan Filter
Gelap
Pada
pengamatan ini filter dipasang di okuler teropong, sehingga pengamat dapat
langsung membidik kearah matahari.
b. Dengan
Prisma Roelofs
Pada
pengamatan ini prisma roelofs digunakan apabila teropong tidak memiliki
lingkaran dan titik filter. keistimewaan lain dari alat ini adalah pengamatan
dapat menempatkan benang silang pada tepi-tepi matahari dengan mudah.
c. Dengan
Azimuth Magnetis
Pada metode
ini tabular kompas dapat dilekatkan dengan mudah pada theodolite. Dengan
terlebih dahulu teropong diarahkan kesalah satu titik yang lain. Sebagai titik
ikatnya (misalnya poligon), dalam hal ini dimaksudkan untuk pengesetan nol
derajat pada skala piringan horizontalnya, lalu setelah itu teropong diputar
kembali sedemikian rupa hingga menunjuk arah utara magnetis.
Penentuan
azimuth dengan pengamatan tinggi matahari sering kali ditemukan kesalahan-kesalahan,
yaitu:
a.
Kesalahan paralaks, yaitu kesalahan
yang disebabkan karena pengamatan dilakukan dari permukaan bumi, sedangkan
hitungan dilakukan dari pusat bumi.
|
Besarnya koreksi karena kesalahan paralaks, yaitu
P = 8, 8 x
Cos hu
Dimana: P :
koreksi paralaks
hu :
tinggi matahari
b.
Refraksi
astmosfer, yaitu kesalahan karena terjadinya pembelokan sinar yang melewati lapisan
atmosfer dengan kerapatan yang berbeda.
Besarnya koreksi akibat refraksi atmosfer:
r = rm x Cp x Ct
Cp = p / 760
Ct = 283 / (273 + t)
Dimana : r :
sudut refraksi atmosfer
rm : koreksi normal pada 100 C, 760 mm
Hg
dan kelembaban 60 %
p :
tekanan udara ( mm Hg )
t :
suhu udara (0 C)
1.
Jika
pembidikan matahari tidak dilakukan pada titik pusatnya maka perlu diberikan
diametral :
|
Koreksi diameter diberikan pada tinggi matahari (h) dan sudut
horizontal (s).
Besarnya diametral: dh = ½ d dan ds = ½ d
Dimana: dh =
koreksi diametral untuk tinggi matahari ukuran
ds = koreksi diametral untuk sudut horizontal
Setelah diberikan koreksi adanya kesalahan paralaks, refraksi
atmosfer dan diametral,maka tinggi matahari terkoreksi adalah :
h = hu + p – r ± ½ d
Dimana : h = tinggi
matahari terkoreksi
hu =
tinggi matahari ukuran
p = koreksi paralaks
r =
koreksi refraksi atsmosfer
d =
koreksi diametral
2.
Koreksi untuk sudut horizontal :
Sin ½ d / Sin
½ d =
Sin 900 / Sin Z
½ d / ½
d =
1 / Sin Z, dan Z
= 900 - h
½ d = ½ d
/ Cos h
Dimana:
d
= diameter h = tinggi
pusat matahari
Z = zenith
3.
Cara mencari deklinasi (d
)
Swp = WP – 07 00 00 (pagi hari)
Pd = Dd x swp
d (d)
= d ( pada jam 07 00 00 ) + Pd
Dimana: Swp
= selisih waktu pengamatan
Pd = perbedaan deklinasi
wp = waktu pengamatan
2.5 Pengukuran Poligon
Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk
segi banyak. Rangkaian titik tersebut
dapat diguakan sebagai kerangka peta.
Koordinat titik tersebut dapat dihitung dengan data masukan yang
merupakan hasil dari pengukuran sudut dan jarak. Posisi titik-titik di lapangan dapat
ditentukan dengan mengukur jarak dan sudut ke arah titik kontrol. Posisi titik-titik kontrol haruslah mempunyai
ketelitian yang tinggi dan distribusinya dapat menjangkau semua titik.
Berdasarkan
bentuk geometrisnya, poligon dapat dibedakan atas poligon terbuka dan poligon
tertutup.
2.5.1 Poligon Tertutup
Merupakan
poligon dengan titik awal dan titik akhir berada pada titik yang sama.
Ket : 1,2,3,… : titik kontrol poligon
D12,d23…. : jarak pengukuran sisi poligon
S1,S2,S3,… : sudut pada titik poligon
Persyaratan geometris yang harus dipenuhi bagi poligon
tertutup :
1.
SS + F ( S ) =
( n± 2 ) x 1800
2.
Sd sin A + F ( X ) = 0
3.
Sd cos A + F ( Y ) =
0
Ket:
SS
: jumlah sudut
Sd
sin a : jumlah DX
Sd
cos a : jumlah DY
F(S)
: kesalahan sudut
F(X) :
kesalahan koordinat X
F(Y) : kesalahan koordinat Y
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian poligon:
1.
Jarak, sudut, azimuth rata-rata
dihitung dari data ukuran :
Dimana:
X :
data ukuran rata-rata
Xi :
data ukuran ke-I
n : jumlah pengukuran
2.
Besar sudut tiap titik hasil
setelah koreksi
S’ = S + F [F(S) / n]
Dimana:
S’ :
sudut terkoreksi
S : sudut ukuran
3.
Azimuth semua sisi poligon dihitung
berdasarkan azimuth awal dan sudut semua titik hasil koreksi (S’) :
a.
Jika urutan hitungan azimuth sisi
poligon searah dengan jarum jam, rumus yang digunakan :
An.n+1
= (An-1.n + 1800) - Sd’
An.n+1
= (An-1.n + Sl’) – 1800
b.
Jika urutan hitungan azimuth sisi
poligon berlawanan dengan arah jarum jam, rumus yang digunakan :
An.n+1
= (An-1.n + Sd’) – 1800
An.n+1
= (An-1.n + 1800) – S1
Dimana
:
n : nomor titik
An.n+1 :
azimuth sisi n ke n+1
An-1.n :
azimuth sisi n-1 ke n
Sd’ : sudut dalam terkoreksi
Sl’ : sudut luar terkoreksi
4.
Koordinat sementara semua titik
poligon, rumus yang digunakan :
Xn = Xn-1
+ d Sin An-1.n
Yn = Yn-1
+ d Cos An-1.n
Dimana:
Xn,
Yn : koordinat titik n
Xn-1, Yn-1 : koordinat titik n-1
5.
Koordinat terkoreksi dari semua
titik poligon dihitung dengan rumus :
Xn = Xn-1
+ dn Sin An-1.n + (dn / Sd) x F(X)
Yn = Yn-1 + dn Cos An-1.n + (dn / Sd) x F(Y)
Dimana:
n : nomor titik
Xn, Yn : koordinat terkoreksi titik n
Xn-1.n ,
Yn-1.n : koordinat titik n-1
dn : jarak sisi titik n-1 ken
An-1 : azimuth sisi n-1 ken
6.
Ketelitian poligon dinyatakan
dengan :
a.
F(L)
= [ F(X)2 + F(Y)2
]1/2
K = Sd / F (L)
Dimana:
F (L) : kesalahan jarak
F(X) : kesalahan linier absis
F(Y) : kesalahan linier ordinat
Sd :
jumlah jarak
K : ketelitian linier poligon
b.
Kesalahan azimuth.
Eb = Arc Tan (DX
/ DY)
2.6 Pengukuran Detail
Yang dimaksud dengan detail atau titik detail adalah
semua benda-benda di lapangan yang merupakan kelengkapan daripada sebagian
permukaan bumi. Jadi, disini tidak hanya
dimaksudkan pada benda-benda buatan seperti bangunan-bangunan, jalan-jalan
dengan segala perlengkapan dan lain sebagainya. Jadi, penggambaran kembali
sebagian permukaan bumi dengan segala perlengkapan termasuk tujuan dari
pengukuran detail, yang akhirnya berwujud suatu peta. Berhubung dengan bermacam-macam tujuan dalam
pemakaian peta, maka pengukuran detailpun menjadi selektif, artinya hanya
detail-detail tertentu yang diukur guna keperluan suatu macam peta.
Tahap-tahap pengukuran detail:
1.
Pengukuran Posisi Vertikal
Pada pengukuran posisi vertikal dilakukan dengan menggunakan alat
ukur theodolite sehingga memungkinkan untuk menentukan posisi vertikal dan
horisontal dari titik detail secara bersamaan (metode tachimetri).
|
Rumus:
Dm
= ( Ba – Bb ) x 100 . sin z
Dm = ( Ba – Bb ) x 100 . cos h
Dd = Dm . sin2 z
Dd = Dm . cos2 h
Dh = Ti + Dm Sin aZ – Bt
H1
= HA + DhA1
Dimana:
Dm : jarak miring
Ba : pembacaan skala rambu ukur untuk benang atas
Bb :
pembacaan skala rambu ukur untuk benang bawah
Z : zenith
Dh : Beda tinggi
h : heling
aZ : sudut zenith
Dd : jarak
datar
H :
elevasi
2.
Pengukuran Posisi Horizontal
Pada
pengukuran posisi horizontal dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu
metode polar dan radial. Pengukuran
metode polar menggunakan grid – grid yang digunakan untuk membantu pengukuran
detail. Titik-titik detail pada grid
diukur dari titik poligon tempat berdiri alat.
Pengukuran
posisi horizontal dengan metode radial tidak menggunakan bantuan grid-grid,
titik-titik detail langsung diukur dari titik poligon tempat berdiri alat ke
titik detail yang akan dipetakan.
2.7 Penggambaran Peta
Dalam penggambaran peta biasanya dilaksanakan beberapa
tahapan, yaitu:
a. Penyiapan grid peta
Penyiapan nilai absis (x),
dan ordinat (y) dari grid-grid peta.
b. Plotting titik-titik kerangka
kontrol peta
·
Koordinat titik-titik poligon (KKH)
·
Elevasi titik poligon (KKV)
c. Plotting titik-titik detail
Plotting titik-titik detail
dapat dilakukan dengan Cara:
·
Cara Grafis: posisi horizontal dari
titik-titik detail digambar secara langsung dengan bantuan alat-alat gambar
(busur derajat dan penggaris skala), dan posisi vertikal titik detail langsung
diplot dari hasil hitungan datanya.
·
Cara numeris /digital: penggambaran
titik-titik detail dengan menggunakan komputer.
d. Penggambaran obyek (detail)
Penggambaran titik-titik
detail dapat dilakukan dengan menggunakan busur derajat dan mistar skala. Pusat busur diletakkan tepat pada titik
tempat alat (P) dan skala busur diarahkan ke sumbuY. Bila sudut yang dibaca adalah azimuth, maka
bacaan titik poligon harus disesuaikan dengan skala sudut pada busur
derajat. Sedangkan titik detail yang
lain dapat diplot sesuai dengan pembacaan sudut horizontal dengan pembacaan
sudut horizontal dan jaraknya.
e. Interpolasi garis kontur
§
Garis-garis kontur tidak pernah
berpotongan
§
Ujung-ujung garis kontur akan
bertemu kembali
§
Garis-garis kontur yang semakin
rapat menginformasikan bahwa keadaan permukaan tanah semakin terjal
§
Garis-garis kontur yang semakin
jarang menginformasikan bahwa keadaan permukaan tanah semakin datar/landai.
Gambar 2.15
Interpolasi
Garis Kontur
f. Penggambaran Kontur
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan
titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama di permukaan bumi, atau dengan
kata lain garis permukaan tanah yang mempunyai ketinggian tertentu. Pada peta
garis kontur, kontur digambarkan sebagai garis lengkung yang menutup artinya
garis kontur, kontur digambarkan sebagai garis lengkung yang menutup artinya
garis kontur tersebut tidak mempunyai ujung pangkal akhir. Interval garis
kontur tergantung oleh skala peta tersebut.
1. Sifat-sifat
garis kontur :
Bentuk kontur sungai
2. Bentuk kontur danau
|
3. Bentuk kontur
gunung/bukit
|
|||
4. Bentuk kontur
jalan
Gambar 2.16
Penggambaran garis
kontur
Keterangan
gambar:
= Garis kontur
500.500, 500.750… = Indeks kontur dengan interval kontur 0,
25
kenapa semua gambar tak nampak??
BalasHapussdra anto, sebenarnya disertai gambarnya, tapi pada saat di posting gambarnya tidak muncul. jika anda mau bisa saya kirimkan melalui email anda.
BalasHapusPak, kalo boleh saya minta di kirimkan ke email saya : narda_pa@yahoo.com, thanks.
HapusSalam,
Made Munarda
Pak, kalo boleh juga kirimkan gambarnya ke email saya : silviaardianti95@gmail.com, terima kasih sebelumnya pak :)
HapusPak kalau boleh saya juga minta dikirimkan ke email saya: alvorata127@gmail.com
HapusTerimakasih banyak pak :)
Jika anda berkenaan, saya ingin dikirimi gambar tersebut ke e-mail saya, ade.waluyo29@gamil.com
BalasHapusterima kasih
iya tolong email gambarnya pak.
BalasHapussulaiman.blackrose@yahoo.co.id
thank's..
OKe, minggu depan saya kirim yah bapak bapak
BalasHapussaya juga mau pak tolong di kirim ke email rizkyfajar86@rocketmail.com.. trima kasih sebelumnya
BalasHapussudah saya kirim ke email bapak bapak semua
BalasHapusregards
andri
Mohon dpt diemailkan detailnya termasuk gambarnya ke sofanhadi@yahoo.com
BalasHapusTks
Sofan
maaf pak, mungkin besok lusa bru saya kirim
BalasHapusini sudah sesuai sama SNI kan pak ya
Hapustolong juga kirimkan ke email saya pak :) : silviaardianti95@gmail.com terima kasih sebelumnya ya pak :)
BalasHapussaya dr Poliban , teknik Geodesi Salam Kenal :D
BalasHapusKalau boleh kirim juga pak ke email saya,
BalasHapushrmawan90@gmail.com
trimakasih
kalau berkenan saya juga minta dikirim ke email saya juga pak
BalasHapussandhiprisetiyo@yahoo.co.id
terimakasih
terbaikkkkkk ........ kaka :)
BalasHapuspak boleh minta filenya pak,ini gambarnya ngk ada pak,terimkasih
BalasHapus