IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN
PENERAPAN METODE PROJECT BASED LEARNING
DI KELAS
XII GEOLOGI PERTAMBANGAN
SMK
NEGERI 1 BUNYU
Oleh:
Handriyas Abu Choir, ST
SMK NEGERI 1 BUNYU
DUTA RUMAH BELAJAR PROVINSI
KALIMANTAN UTARA 2019
1. LATAR BELAKANG
Upaya menghasilkan tenaga kerja kompeten dan
berkualitas tinggi baik pada tingkat universitas, seperti program Diploma dan
Politeknik, maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebenarnya sudah lama
dilakukan. Banyak sekali pekerjaan yang dilakukan para tamatan pendidikan
teknologi dan kejuruan dengan kreativitas dan mutu yang rendah, dan tidak
efisien. Hasil penelitian McMahon, Bishry, dan Moegiadi (1993) dalam Kamdi
(2010) menunjukkan hal itu, bahwa “real
rate of return” SMK lebih rendah daripada SMA, yakni 6% berbanding 11%.
Lulusan SMA lebih banyak terserap lapangan kerja daripada lulusan SMK, karena
diyakini lulusan SMA lebih terampil berpikir tingkat tinggi daripada lulusan
SMK. Meskipun data ini diperoleh 10 tahun lalu, keadaan sekarang belum tampak
banyak berubah. Fakta ini juga menunjukkan bahwa produktivitas kerja tamatan
pendidikan teknologi dan kejuruan masih sangat rendah. Harapan terhadap tamatan
sebagai kader-kader wirausaha baru yang mampu membuka lapangan kerja baru, yang
juga menjadi tujuan pendidikan teknologi dan kejuruan, juga masih jauh panggang
dari api. Hal ini menunjukkan betapa mendesaknya keperluan mencari jalan keluar
untuk peningkatan mutu tamatan melalui peningkatan mutu pembelajaran.
Menghadapi fragmentasi lapangan kerja yang makin kompleks seperti sekarang,
yang diperlukan dalam pengembangan tenaga kerja bukan lagi sekedar kemahiran
atau otomatisasi keterampilan unitunit khusus, melainkan yang lebih penting
adalah daya adaptasi terhadap perubahan masa kini dan perubahan masa depan,
suatu kemampuan untuk mengakomodasi perubahan-perubahan kontekstual (contextual changes). Agar daya adaptasi
ini terbentuk pada diri anak didik, tak cukup dengan mengajarkan komponen
keahlian profesi secara terpisah dengan komponen yang lain, akan tetapi memerlukan
pembelajaran kecakapan kerja yang berperspektif holistik dan kontekstual.
Koordinasi dan keefektifan dari hubungan ketiga komponen kecakapan yakni
kecakapan akademik, kecakapan teknis (okupasional), dan employability skill (kecakapan bekerja) menjadi subjek yang amat
penting dalam praktik pembelajaran. Sebagai modal dasar para tamatan memasuki
dunia kerja, pendidikan teknologi dan kejuruan harus dapat memberikan
kompetensi dasar itu secara utuh sebagai tolak ukur keberhasilan praktik
pembelajarannya.
Dari sisi subject
matter, dapat diajukan proposisi bahwa peserta didik akan belajar paling
baik ketika mereka merasa berkepentingan di dalam subject-matter, dan ketika konsep-konsep diaplikasikan dalam
konteks kehidupan sehari-hari (ATEEC Fellows, 2000 dalam Kamdi 2010), karena peserta
didik belajar dalam keadaan fun dan
lebih menantang daripada belajar dalam bentuk komponen-komponen kurikulum yang
lepas konteks. Oleh karena itu, tantangannya ialah bagaimana pembelajaran yang
kontekstual memberikan jalan alternatif untuk meningkatkan kualitas belajar peserta
didik. Dalam banyak literatur, pembelajaran kontekstual didefinisikan sebagai
pembelajaran yang memungkinkan mahapeserta didik belajar menggunakan pemahaman
akademik dan kemampuan mereka dalam berbagai konteks di dalam atau di luar
sekolah untuk memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau simulatif, baik
sendiri maupun kelompok (Sears & Hersh, 1998; ATEEC Fellows 2000, dalam
Kamdi 2010). Salah satu model pembelajaran alternatif yang dapat memberi konteks
kehidupan sehari-hari peserta didik/ mahapeserta didik adalah model Pembelajaran Berbasis Proyek
(project-based learning/PjBL) (Thomas, 2000; Buck Institute for Education,
1999, dalam Kamdi 2010). Tugas proyek dibangun oleh peserta didik berdasarkan
pengamatan terhadap permasalahan dunia nyata di sekitar mereka, sehingga
memberikan kebermaknaan bagi diri mereka. Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Proyek sebagai salah satu model pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik
yang meliputi belajar-mengajar yang: berbasis masalah, kerja proyek,
mengembangkan self-regulation,
terjadi di dalam multi setting dan multikonteks, menjangkau pembelajaran dalam
konteks kehidupan berbeda-beda peserta didik, menggunakan tim atau struktur
kelompok belajar kolaboratif yang saling tergantung sehingga peserta didik
dapat belajar dari peserta didik yang lain, dan menggunakan pengukuran otentik
dan multi-metode untuk pengukuran pencapaian belajar peserta didik (Sears &
Hersh, 1998) dalam Kamdi (2010). Meskipun berpotensi memecahkan masalah
pembelajaran teknik dan kejuruan, model pembelajaran seperti itu juga belum ada
kajian mendalam dan terlihat secara nyata terapannya di beberapa fakultas
teknik di perguruan tinggi maupun di sekolah-sekolah kejuruan di Indonesia.
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teori
belajar konstruktivistik. Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat
dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa peserta didik membangun pengetahuannya
sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri (Murphy, 1997) dalam Kamdi
(2010). Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai salah
satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong peserta
didik membangun pengetahuan dan kecakapan secara personal. Tatkala pendekatan
proyek ini dilakukan dalam modus belajar kolaboratif dalam kelompok kecil peserta
didik, pendekatan ini juga mendapat dukungan teoretik yang bersumber dari
konstruktivisme sosial Vygotsky yang
memberikan landasan pengembangan kognitif melalui peningkatan intensitas
interaksi antarpersonal (Vygotsky, 1978; Davydov, 1995) dalam Kamdi (2010).
Adanya peluang untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide-ide orang lain, dan
merefleksikan ide sendiri pada ide-ide orang lain, adalah suatu bentuk
pengalaman pemberdayaan individu. Proses interaktif dengan kawan sejawat itu
membantu proses konstruksi pengetahuan (meaningmaking
process). Dalam pandangan ini transaksi sosial memainkan peranan sangat
penting dalam pembentukan kognisi (Richmond & Striley, 1996) dalam Kamdi
(2010). Proses negosiasi kognitif interpersonal sebagai bentuk dari pengajuan
gagasan, debat, dan menerima atau menolak selama proses interaksi dengan kawan
sejawat memungkinkan perluasan dan penghalusan pengetahuan dan keterampilan.
Dimensi-dimensi keterampilan/kecakapan kerja terdiri atas tiga dimensi utama,
yaitu (1) kecakapan akademik, (2) kecakapan teknikal, dan (3) kecakapan
employabiliti. Ketiga dimensi ini membentuk kecakapan yang utuh seorang profesional.
Keterampilan/kecakapan menggunakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam
mendesain sebuah produk merupakan kecakapan akademik yang utama dimiliki oleh
seorang profesional di bidang permesinan. Sebagai dimensi yang lain dari
kecakapan utuh seorang profesional, keterampilan/kecakapan teknikal ditunjukkan
oleh, salah satunya, keterampilan/kecakapan membuat suatu produk yang telah
direncanakan sebelumnya.
Di Indonesia, PjBL dikenal di SMK sejak tahun 1976
dengan istilah Project Work.
Pendekatan ini diterapkan pertama kali di STM Pembangunan, dan kemudian
berkembang ke sekolah-sekolah kejuruan lainnya. Project work kemudian berkembang dengan segala variasi modelnya
sesuai dengan konteks lingkungan sekolah masing-masing. Dalam literatur,
sejalan dengan perkembangannya, project
work ini kemudian dikenal luas dengan istilah Project-Based Learning. Sehingga pada kesempatan ini, kami mencoba
untuk menggali karakteristik peserta didik dengan penerapan model-model PjBL
yang diintegrasikan dengan kemajuan sistem IPTEK abad 21 yang memanfaatkan teknologi
serta portal media belajar berbasis online yang disediakan gratis untuk guru
dan ketenaga Pendidikan serta seluruh pelajar/peserta didik di Indonesia, yaitu
Rumah Belajar dengan situs : www.belajar.kemdikbud.go.id.
SMK
Negeri 1 sebagai satuan Pendidikan menengah kejuruan dengan salah satu bidang
studi Energi dan Pertambangan, Program keahlian Geologi Pertambangan, tidak
luput dari penerapan model pembelajaran PjBL ini, dimana konfigurasi yang
digunakan adalah konfigurasi dengan karakteristik-karakteristik,
antara lain: (1) Topik dan permasalahan tugas proyek ditentukan oleh guru, dan
kemudian peserta didik dibimbing untuk melakukan observasi permasalahan; tugas
proyek disertai deskripsi yang menjelaskan kaitan tugas proyek dengan tujuan
kompetensi yang ingin dicapai; (2) Tugas proyek relatif kompleks, dengan tema
yang kontekstual di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, kompetensi yang
ingin dicapai dalam kerja proyek ditentukan oleh guru, dan tugas proyek
diselesaikan secara berkelompok 2-3 orang; (3) Dilakukan di tingkat mata
pelajaran, dan dimulai pada kelas dua; (4) Rata-rata waktu yang diperlukan
untuk kerja proyek 1 bulan; (5) Peserta didik tidak selalau menyusun proposal,
akan tetapi pada akhir proyek membuat laporan tertulis; (6) Evaluasi
pembelajaran dilakukan oleh guru; dan umpan balik diberikan berdasarkan
penilaian hasil kerja, baik dari penilaian proses maupun produk; (7)
Penyelesaian tugas proyek dilakukan dengan mengikuti jadwal reguler, tetapi
dapat diatur secara fleksibel bagi tugas-tugas proyek yang menggunakan konteks
pembelajaran di luar sekolah; (8) Karena tugas proyek yang relatif kompleks,
maka memberi peluang terjadinya proses integrasi bidang studi serumpun.
2. PERMASALAHAN
Pada
Program Keahlian Geologi Pertambangan SMK Negeri 1 Bunyu, masalah yang dihadapi
ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana
melakukan praktik pengukuran strike and dip menggunakan alat Pemetaan Geologi
sederhana dan hasilnya dapat dituangkan kedalam bentuk video tutorial?
2. Bagaimana
membuat konten video yang dapat menarik minat viewers dan kemudian di apply
ke dalam Rumah Belajar?
3. METODE PEMECAHAN MASALAH
Menurut
Educational Technology Division-Ministry
of Education Malaysia (2006) terdapat 6 langkah agar pelaksanaan
pembelajaran berbasis proyek ini berhasil yaitu dengan mempersiapkan pertanyaan
penting terkait suatu topik maeri yang akan dipelajari, membuat rencana proyek,
membuat jadwal, memonitor pelaksaan pembelajaran berbasis proyek (PjBL),
melakukan penilaian, dan valuasi pembelajaran berbasis proyek (PjBL). Menurut
Rais dalam Lestari, 2015, PjBL secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
a. Membuka
pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question)
Pembelajaran
dimulai dengan sebuah pertanyaan driving
question yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk melakukan
suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata
dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
b. Merencanakan
proyek (design a plan for the project).
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dengan peserta didik.
Dengan demikian peserta didik diharapakan akan merasa memiliki atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang
dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan
berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang
dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.
c. Menyusun
jadwal aktivitas (create a schedule).
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik
diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba
menggali sesuatu yang baru, akan tetapi pendidik juga harus tetap mengingatkan
apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang
dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu yang lama
dalam pengerjaannya, sehingga pendidik meminta peserta didik untuk
menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah. Ketika
pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan
hasil proyeknya di kelas.
d. Mengawasi
jalannya proyek (monitor the students and
the progress of the project). Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan
monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek.
Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap
proses. Dengan kata lain, pendidik berperan sebagai mentor bagi aktivitas
peserta didik. Pendidik mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja
dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing
masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok termasuk dalam hal
memilih sumber/media belajar (TIK) seperti Rumah Belajar.
e. Penilaian
terhadap produk yang dihasilkan (assess
the outcome). Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing masing
peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai
oleh peserta didik, serta membantu pendidik dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok
mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian dengan
presentasi menggunakan media TIK.
f. Evaluasi
(evaluate the experience). Pada akhir
proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta
untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
4. PEMBAHASAN DAN SOLUSI
1. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question)
1. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question)
Dalam
Kd. 3.9 dan 4.9 ini, peserta didik di kelas XII Geologi Pertambangan harus
mampu mengukur jurus dan kemiringan bidang suatu penampang atau lapisan bumi.
Sehingga, Guru memberikan pertanyaan terkait pengukuran strike and dip
dengan menanyakan ke masing-masing peserta didik, sehingga akhir dari tahap
pertama adalah mendapakan kesimpulan pemahaman/persamaan presepsi mengenai metode
pengukuran jurus dan kemiringan bidang (strike and dip).
Gambar 1.1 driving question
2. Merencanakan proyek (design a plan for the project).
Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta didik. Dalam hal ini,
guru telah menentukan tema yang akan dijadikan proyek, sehingga peserta didik
akan meneruskan untuk merangkai tema tersebut menjadi sebuah hasil yang
informatif melalui perencanaan yang efektif dan efisien dengan bimbingan guru.
Gambar 1.2
Pembagian kelompok, tema dan Perencanaan proyek
3. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule).
Guru menuntun pembuatan matrik rencana kegiatan penyelesaian pekerjaan dengan time schedule yang tepat dan efisien. Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar mengajar 3.9 ini ialah bahwa, peserta diminta untuk mampu melakukan pengukuran jurus dan arah kemiringan bidang lapisan, kemudian pelaksanaan orientasi lapangan untuk memverifikasi lokasi yang mudah dijangkau dan memiliki perlapisan (daerah singkapan), sehingga maksud dari kegiatan perhitungan dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule).
Guru menuntun pembuatan matrik rencana kegiatan penyelesaian pekerjaan dengan time schedule yang tepat dan efisien. Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar mengajar 3.9 ini ialah bahwa, peserta diminta untuk mampu melakukan pengukuran jurus dan arah kemiringan bidang lapisan, kemudian pelaksanaan orientasi lapangan untuk memverifikasi lokasi yang mudah dijangkau dan memiliki perlapisan (daerah singkapan), sehingga maksud dari kegiatan perhitungan dapat dilaksanakan dengan baik.
Gambar 1.3
penyusunan jadwal aktivias perkelompok
Gambar 1.4 Orientasi
lapangan
4. Mengawasi
jalannya proyek (monitor the students and
the progress of the project)
Selama
kegiatan realisasi proyek berlangsung, guru diharapkan melaksanakan monitoring
dan evaluasi berkala sehingga proses yang dilalui sesuai dengan maksud dan
tujuan. Selain itu, agar guru dapat mengetahui secara pasti perkembangan
kemampuan interpretasi proyek dari tiap-tiap peserta didik.
Gambar 1.5
Monev kegiatan pekerjaan proyek lapangan
5. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)
Gambar 1.6
Kegiatan pengerjaan hasil
6. Evaluasi
(evaluate the experience)
Peserta
didik kembali disegarkan dengan kd 3.9 dan 4.9 melalui hasil proyek dan menghitung
kembali hasil ukuran strike and dip kedalam sebuah lembar kerja (formulir).
Gambar 1.7
Evaluasi Realisasi PjBL
5. KESIMPULAN
Model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) ini sangat tepat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar
di SMK khususnya pada program keahlian Geologi Pertambangan, dengan konfigurasi
yang telah disebutkan pada subabab latar belakang, dimana kontrol belajar pada
konfigurasi model Pembelajaran Berbasis Proyek ini masih ada pada guru, akan
tetapi keterlibatan siswa dalam mengambil keputusan langkah-langkah dalam
proses penyelesaian tugas proyek cukup tinggi. Di Sekolah, karakteristik
konfigurasi model yang kedua ini lebih menonjol untuk program keahlian Geologi
Pertambangan kelas XI dan XII. Dalam konfigurasi model yang kedua ini, peluang
tumbuhnya kreativitas siswa lebih tinggi. Pembelajaran Berbasis Proyek
diterapkan untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan bertindak. Guru yang
menerapkan Pembelajaran Berbasis Proyek secara sadar menetapkan tujuan
pembelajaran tidak hanya berorientasi pada hard
skills dalam arti keterampilan kognitif dan teknikal, akan tetapi juga soft skills yang mencakup
dimensi-dimensi sikap sebagai pekerja yang baik. Dengan kata lain bahwa PjBL
ini membuat peserta didik belajar dalam keadaan fun dan lebih menantang daripada belajar dalam bentuk
komponen-komponen kurikulum yang lepas konteks.
6. DAFTAR PUSTAKA
Kamdi
Waras. 2010. Implementasi Project-Based
Learning di Sekolah Menengah Kejuruan pada 7 SMK Negeri dan 1 SMK Swasta di
Kota Malang. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran.
Lestari,
Tutik. 2015. Peningkatan Hasil Belajar
Kompetensi Dasar menyajikan Contoh Contoh Ilustrasi Dengan Model Pembelajaran
Project Based Learning dan Metod e Pembelajaran Demonstrasi Bagi Siswa Kelas XI
Multimedia SMK Muhammadiyah Wonosari. Skripsi. Program Studi Pendidikan Teknik
Informatika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta . Yogyakarta.
that is one of my facebook timelines
I just try a quiz, just klik and klik the image buttons as I please. finally got the result. it's like my personality test before, and I guess that I got some result, exactly. hehe :P
but it's just about try a game... hohoh
so I got WHITE aura,